
PKRI INFO – TANJUNGBALAI Sejarah dan bukan sekadar cerita rakyat jelata kota biasa di Sumatera Utara, tapi sebuah kota bersejarah yang letaknya sangat strategis di pertemuan dua sungai besar, yaitu Sungai Asahan dan Sungai Silau.
Secara resmi, kita merayakan ulang tahun kota ini setiap tanggal 27 Desember, mengambil patokan tahun 1620 saat Sultan Abdul Jalil dinobatkan sebagai raja pertama.
Tapi kalau kita mau jadi detektif sejarah, sebenarnya wilayah ini sudah punya “kehidupan” jauh sebelum tanggal itu ditetapkan, bahkan sebelum para penjajah datang ke Nusantara.
Dulu, sebelum tahun 1612, kawasan muara Asahan ini masih berupa hutan belantara yang dihuni oleh penduduk asli Batak Pardembanan di bawah pimpinan Raja Simargolang.
Karena posisinya yang pas di pinggir jalur pelayaran Selat Malaka, tempat ini sudah jadi titik singgah favorit nelayan dan pedagang dari berbagai belahan dunia. Bayangkan saja, penjelajah dari Portugal bahkan sudah mencatat eksistensi daerah ini sejak tahun 1512, dan nama “Asahan” sendiri kabarnya sudah masuk dalam radar Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1365.
Titik balik yang paling ikonik terjadi pada tahun 1612 saat Sultan Iskandar Muda dari Aceh melakukan ekspedisi menyusuri sungai. Beliau terpana melihat ada sebuah daratan yang menonjol ke air (tanjung) dan memerintahkan pasukannya membangun sebuah balai pertemuan di sana sebagai tempat istirahat.
Nah, gabungan antara keberadaan “Balai” di atas “Tanjung” itulah yang akhirnya membuat orang-orang mulai menyebut tempat ini dengan nama Tanjungbalai sampai sekarang.
Memasuki tahun 1620, status wilayah ini naik kelas dari sekadar tempat singgah menjadi sebuah entitas politik resmi atau Kesultanan. Dengan penabalan Sultan Abdul Jalil, Tanjungbalai resmi memiliki sistem pemerintahan sendiri yang berdaulat.
Sejarah panjang inilah yang membuat Tanjungbalai punya identitas kuat sebagai kota perdagangan yang terbuka bagi siapa saja, sekaligus menjadi bukti betapa pentingnya peran sungai dalam perkembangan peradaban di masa lalu.
Kini, dengan luas wilayah sekitar 60 kilometer persegi, Tanjungbalai tumbuh menjadi kota yang sangat padat dan penuh warna.
Mengetahui sejarah ini penting banget buat kita generasi muda supaya nggak cuma sekadar lewat, tapi paham kalau setiap sudut kota ini punya cerita besar. Bangga banget kan jadi warga Tanjungbalai yang kotanya sudah eksis lebih dari 400 tahun dan tetap jadi salah satu pintu gerbang penting di pesisir timur Sumatera.
Pewarta/Jhon Efdi/Luhut PS









Visit Today : 258
Visit Yesterday : 489
Total Visit : 146828
Who's Online : 3